Mimpi atau bunga tidur, terkadang ada yang menyenangkan sehingga menjadi alasan orang bangun kesiangan gara-gara mimpi indah. Gimana rasanya kalau kita mimpi buruk ? apa lagi menyangkut orang yang kita kasihi.
Aku bermimipi ketika mamaku meninggal. Di dalam mimpi tu sangat aneh tiba-tiba aku mimpi mamaku di makamkan (amit-amit). Aku tidur sambil nangis. Tapi anehnya, di dalam mampi mamaku berpesan sebelum mamaku meninggal. Sebelum mamaku di makamkan itu ada acara keluarga, pas saat itu mamaku berpesan. Aku ngk boleh ngerepotin papa, harus nurut, enggak boleh manja. Tapi enggak lama aku terbangun soalnya posisi tidurku mangap tenggorokan kering alias haus.
Aku masih bingung itu mimpi apa beneran. Sampe di sekolah rasanya masih kyk mimpi. Tapi pesen-pesen mama selalu aku inget. Bayangin kita aja sekarang kl di suruh belajar malas-malasan, buang-buang uang, ke mall terus, lupa keluarga, main terus. Kita kalah sama anak-anak yang ngamen, nyemir sepatu di stasiun, jualan di pinggir jalan. Mereka masih seumuran dengan kita. Mereka rela berkerja kayak gitu buat apa? buat hidup, untuk makan. Mereka ngk egois, mereka bekerja untuk keluarga mereka, bukan untuk diri sendiri. Tapi kita? malas-malasan di kamar, panggil pembantu buat ini itu. Apakah sampai dewasa kita kayak gitu? Kapan kita buat orang tua kita seneng? Bangga atas kita?
Berawal dari mimpi, betapa beruntungnya kita masih punya orang tua. Masih banyak waktu berama mereka? Bagaimana kalau merka udah ngk ada? Apa masih mau malas-malasan?
Hidup ini cuma sekali ngk ada kesempatan kedua. Makanya kita harus melakukan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin jangan mau kerja dua kali. Jangan buang-buang waktu mulai sekarang kita bika lembar masa depan kita. (Kowe ki nulis apa ell? yomen yang penting dianggo pengalaman)
berawal dari mimpi eh? mimpi itu bunga tidur dan masih abstrak realitasnya hampir tidak ada, mimpi itu imajinasi, impian itu baru target, tujuan, dan cita-cita hidup, bukan dari mimpi namun impian. Itu pendapatku dalam perjuangan hidup yang memang tidak adil jadi biasakanlah (kitab kebijaksanaan Patrick Star)
BalasHapus